‘kasta sosial’ Korut berdasar ‘kesetiaan’ pada pemerintahan penguasa
“Beberapa anak dari kelas ini pergi ke sekolah pada pagi hari, khususnya untuk dilaksanakan indoktrinasi ideologi. Kemudian mereka ditempatkan kerja di kebun dan di pertambangan. Mereka biasanya berusia pendek dan nyaris selalu dipantau oleh faksi berkuasa,” kata Yeonmi Park.
Sudah pasti, ucapnya, sangat jarang-jarang seorang yang dikelompokkan sebagai choktae ada di Pyongyang atau dengan cara sah mendapatkan ijin untuk berkunjung ibukota.
Kelas menengah atau dongyo
Antara kelas paling tinggi dan paling rendah ada sisi tengah: dongyo.
Mereka ialah barisan yang tidak dipandang bermusuhan dengan penguasa, tetapi kisah keluarga mereka pun tidak seutuhnya bersih.
Disamping itu, kesetiaan mereka ke pemerintahan penguasa juga dipandang problematis atau ditanyakan.
Kesempatan mereka terbatas, tapi ada subklasifikasi dalam barisan ini.
Contohnya, seorang dongyo dengan catatan bersih dapat ada di dekat Pyongyang, kuliah di kampus rangking ke-2 , atau menggenggam tugas administratif atau menengah.
Tetapi peluang itu lenyap untuk mereka yang digolongkan dalam ‘kasta’ yang nyaris dekati batasan ‘permusuhan’.
Umumnya pakar memprediksi jika dongyo ialah yang terbanyak banyaknya.
Barisan ini sebagai wakil sekitaran 40% populasi, dan haeksim dan choktae masing-masing sejumlah sekitaran 30%.
Bagaimana juga, tidak dikenali berapakah pembagian sebetulnya.
Document kategorisasi sosial – seperti sebagian besar document resmi di Korea Utara – dijaga kerahasiaannya dengan sangat ketat.
Bagaimanakah cara kerja songbun?
Di mana songbun terdaftar? Apa ini jadi topik pembicaraan di antarwarga Korea Utara?
Bagaimana seorang dapat ketahui statusnya? Dapatkah itu diganti? Dan, dapatkah orang dengan songbun berlainan menikah?
Informasi mengenai status songbun setiap orang di Korea Utara diletakkan dalam document rahasia negara, pemda, dan polisi.
Songbun, terang Yeonmi Park, ialah topik yang melekat di kepala semua masyarakat Korea Utara di kehidupan setiap hari, karena topik itu seutuhnya mengidentifikasi kehidupan mereka.
Pada umumnya, status songbun sesuatu keluarga di Korea Utara bisa diketahui berdasar rumah mereka, akses pada pendidikan tinggi dan kesehatan, atau tugas yang mereka kerjakan.
Tetapi, kadangkala seorang mungkin perlu terhubung document rahasia untuk ketahui status songbun mereka.
“Orang Korea Utara kerap menyogok petinggi atau petugas polisi untuk ketahui songbun faksi lain saat sebelum atur pernikahan,” kata Park.
Ini mereka kerjakan supaya tingkat sama-sama.
“Di songbun tidak ada promo, yang terdapat cuma demosi . Maka bila salah satunya dari https://www.photomalang.com/ pasangan memiliki status lebih tinggi, karena itu saat mereka menikah, automatis mereka akan sama dengan pasangannya yang memiliki status lebih rendah,” kata Park.
Karena argumen ini, dia percaya, di Korea Utara, pernikahan di antara orang yang ‘dipercaya’ dan orang menengah atau di antara orang di tingkat lanjut dan yang ‘bermusuhan’, sangat tidak biasa.
Pernikahan ini akan jadi memperburuk keadaan kehidupan keluarga orang itu dan angkatan seterusnya.