Categories
Uncategorized

Seperti apa beban kerja dan adakah perundungan di fakultas kedokteran?

Seperti apa beban kerja dan adakah perundungan di fakultas kedokteran?

“Menyikapi masalah kesehatan korban, pengelola Prodi Anastesi Undip memantau secara aktif perkembangan kondisi yang bersangutan selama proses pendidikan.”

Utami kemudian menjelaskan, dokter Aulia sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri. Namun, urung dilakukan karena dia adalah penerima beasiswa yang terikat dengan ketentuan tertentu – lagi-lagi tanpa menjelaskan kapan peristiwa itu terjadi.

Menyangkut soal perundungan di Fakultas Kedokteran Undip, Utami mengatakan pihaknya telah menerapkan gerakan zero bullying yang dipantau secara aktif oleh tim pencegahan dan penanganan perundungan serta kekerasan seksual di FK Undip sejak 1 Agustus 2023.

Di media sosial X beredar pengakuan yang diduga mahasiswa PPDS Anastesi Undip soal beban kerja yang disebut terlalu berat.

Dikatakan dokter PPDS mulai masuk jam 06:00 WIB dan tak jarang baru selesai pukul 03:00 WIB keesokan harinya dikarenakan jumlah operasi yang sangat tinggi yakni mencapai 120 pasien per hari.

Lamanya jam kerja ini dianggap wajar dan “keunggulan” Undip dibandingkan abangrock.com universitas lain lantaran dokter residen bisa mendapatkan kesempatan praktik lebih luas.Soal beban kerja yang berat juga diakui seorang dokter PPDS anastesi, Dina (bukan nama sebenarnya).

Dia mengaku jam bekerja di tempatnya dimulai pukul 07:00 WIB. Tapi karena harus mempersiapkan ruang operasi dan pasien yang akan ditangani, dia harus masuk lebih cepat kira-kira 30 menit sampai satu jam.

Di ruang operasi, dia – yang didampingi dokter senior – tak boleh lengah sedikit pun memantau monitor yang menunjukkan tanda-tanda vital pasien.

Jika ada terdapat ‘bunyi’ pada monitor, maka dia bertanggung jawab melakukan intervensi untuk menstabilkan kondisi pasien.

“Kalau ngobrol sama prodi lain kayak bedah umum mereka kan memang dipersiapkan untuk operasi panjang, jadi secara fisik harus kuat. Kalau kita dokter anastesi enggak cuma fisik tapi daya tahan harus,” ujar Dina.

“Kami dibiasakan memonitor per detik, per menit… jadi on terus. Capek karena enggak bisa meleng sama sekali,” sambungnya.

“Dan intervensinya harus cepat, ada perubahan sedikit [pada pasien] harus langsung diintervensi, meleng dikit hasilnya bisa beda untuk pasien.”

“Intinya harus alert terus, itu yang berat. Kelihatannya aja dokter anastesi duduk doang… padahal kepala muter terus.”

Yang bikin melelahkan selama menjalani residensi, kata dia, proses seperti itu dilakukan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang berdekatan.

Apalagi kalau dalam sehari ada lima operasi dan satu tindakan berlangsung selama berjam-jam.

Dina mengaku pernah baru betul-betul selesai bekerja pukul 02:00 pagi keesokan harinya.

“Dokter anastesi enggak berhenti kerjanya, lanjut terus.”

“Sudah datang paling duluan, pulang belakangan. Kalau dokter bedah selesai operasi, bisa langsung pergi… kalau anastesi harus nunggu pasien sadar dan mengantar sampai ke kamar.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *